IMG-LOGO
Home Umum Didukung Pembangunan IKN, Ekonomi Kaltim Diprediksi Tumbuh Pesat
umum | Ekonomi

Didukung Pembangunan IKN, Ekonomi Kaltim Diprediksi Tumbuh Pesat

oleh Hasa - 04 November 2025 11:19 WITA
IMG
Kepala KPw–BI Kaltim, Budi Widihartanto

POLITIKAL.ID  - Perekonomian Kalimantan Timur (Kaltim) diproyeksikan akan terus melaju kencang dalam dua tahun ke depan, seiring dengan meningkatnya kontribusi sektor non-ekstraktif dan percepatan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Bank Indonesia Kantor Perwakilan Kalimantan Timur (KPw–BI Kaltim) menyampaikan proyeksi optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi yang dikenal sebagai Benua Etam ini.

Kepala KPw–BI Kaltim, Budi Widihartanto, menyatakan bahwa tren pertumbuhan ekonomi Kaltim menunjukkan arah yang positif dan berkelanjutan.

BI memproyeksikan laju pertumbuhan ekonomi Kaltim tahun 2025 tumbuh antara 4,8 persen hingga 5,6 persen (year-on-year/yoy).

“Tahun 2026 pertumbuhan akan semakin tinggi, mencapai rentang 5,50 persen hingga 6,30 persen (yoy),” sebutnya, Senin (3/11/2025).

Proyeksi BI ini bahkan sejalan dengan target ambisius Bappeda Kaltim yang menetapkan target pertumbuhan dalam RKPD 2026 di kisaran 6,60 persen–7,20 persen.

Tak Lagi Bergantung pada Sektor Ekstraktif

Pertumbuhan ekonomi Kaltim tidak lagi bergantung penuh pada sektor ekstraktif, melainkan ditopang oleh diversifikasi yang semakin kuat.

Budi juga mengungkapkan soal hilirisasi Industri, pertumbuhan signifikan di sektor industri pengolahan hasil tambang, agribisnis, manufaktur, dan pengolahan minyak kelapa sawit (CPO).

“Efek IKN ekspansi proyek konstruksi pemerintah dan swasta, termasuk geliat pembangunan proyek-proyek di IKN,” imbuhnya.

Ia melanjutkan, meskipun perekonomian global diperkirakan melambat di penghujung 2025 akibat ketidakpastian (seperti tarif resiprokal AS atau tarif trump) dan potensi penurunan permintaan batu bara global sebesar 8 persen pada 2026, Kaltim menunjukkan resiliensi yang kuat.

Hal ini tercermin dari kinerja Kaltim pada Triwulan II 2025 yang tumbuh 4,69 persen (yoy).

Angka ini menjadikan Kaltim sebagai kontributor terbesar terhadap ekonomi regional se-Kalimantan, yakni mencapai 46 persen.

Stabilitas Harga dan Keuangan Kaltim

Selain pertumbuhan, stabilitas harga dan keuangan Kaltim juga berada dalam kondisi baik.

“Inflasi Kaltim terkendali pada Triwulan III 2025 tercatat 1,77 perse. (yoy), berada dalam rentang target nasional dan lebih rendah daripada inflasi nasional serta provinsi lain di Kalimantan,” jelasnya.

Kemudian penyaluran kredit di Kaltim tumbuh positif 2,37 persen pada Triwulan III 2025, memegang pangsa tertinggi se-Kalimantan (36,8 persen).

Transaksi nontunai, khususnya melalui QRIS, mengalami pertumbuhan luar biasa sebesar 144 persen.

Kaltim menjadi kontributor utama transaksi nontunai di Kalimantan dengan pangsa QRIS mencapai 55 persen.

Dengan adanya tantangan berupa penurunan permintaan batu bara global, sektor hilirisasi dan pembangunan IKN kini menjadi harapan utama Kaltim untuk mencapai target pertumbuhan di atas 6 persen pada tahun 2026.

Transformasi ekonomi yang sedang berlangsung mampu menciptakan struktur ekonomi yang lebih tangguh, inklusif, dan berkelanjutan.

“Dengan adanya tantangan penurunan permintaan batu bara global, sektor hilirisasi dan pembangunan IKN kini menjadi harapan utama Kaltim untuk mencapai target pertumbuhan di atas 6 persen pada 2026,” pungkasnya.

Modernisasi Dua Sektor Utama Penunjang Ekonomi

Budi menjelaskan bahwa tahun 2025 merupakan periode yang penuh tantangan. Dua sektor utama Kaltim, yakni pertambangan dan konstruksi, tengah mengalami moderasi yang signifikan.

“Ada penurunan aktivitas di sektor konstruksi, kemudian di komoditas utama kita, tambang. Selain itu, pergeseran anggaran karena penyelenggaraan Pilkada juga berpengaruh terhadap lambatnya realisasi pembangunan,” jelasnya.

Penurunan kinerja di sektor pertambangan, khususnya batu bara adalah imbas dari faktor eksternal. Kebijakan perdagangan luar negeri Amerika Serikat yang menaikkan tarif impor terhadap sejumlah negara, termasuk China, menyebabkan menurunnya aktivitas industri di Tiongkok. Dampaknya, permintaan energi, termasuk batu bara dari Indonesia, ikut tertekan.

“Selain China, permintaan dari India juga menurun, sehingga ekspor batu bara Kaltim ikut tertekan,” tambahnya.

Pelemahan dua sektor utama tersebut secara langsung berdampak pada perlambatan laju pertumbuhan ekonomi Kaltim. Menurut Budi, jika tahun sebelumnya ekonomi Kaltim sempat tumbuh di atas 6 persen berkat dorongan proyek IKN dan tingginya harga batu bara, maka pada awal 2025 terjadi penurunan yang cukup signifikan.

“Sekarang kita turun karena tambang dan konstruksi sama-sama melemah. Itu yang membuat pertumbuhan kita di awal tahun ini lebih rendah di bandingkan nasional,” tegas Budi.

(*)

Berita terkait