POLITIKAL.ID – Pemerintah Kota Samarinda saat ini sedang melakukan peningkatan median jalan di sejumlah ruas utama kota.
Proyek peningkatan median jalan yang semula berlapis keramik kini diganti dengan kanstin beton, meliputi Jalan Pahlawan, S. Parman, hingga Kesuma Bangsa.
Tim Wali Kota untuk Akselerasi Pembangunan (TWAP) Samarinda mendorong Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) untuk mempercepat penyelesaian proyek tersebut.
Hal ini sebagaimana disampaikan anggota Bidang Infrastruktur, Lingkungan Hidup, dan Ketahanan Iklim TWAP Samarinda, Sukisman
Menurutnya, keterlambatan pengerjaan bukan hanya mengganggu kenyamanan visual, tetapi juga berpotensi menimbulkan dampak serius terhadap keselamatan pengguna jalan.
“Kalau dibiarkan berlarut-larut, tanah median yang terbuka bisa terbongkar, kena hujan larut, bahkan pohon di atasnya bisa tumbang. Itu sangat berisiko bagi keselamatan pengguna jalan,” tegas Sukisman.
Selain aspek keselamatan, ia menilai proyek yang belum rampung juga menimbulkan persoalan kebersihan dan estetika kota. Tanah yang dibiarkan terbuka, katanya, dapat menimbulkan debu saat musim panas dan lumpur saat musim hujan.
“Kalau dari sisi estetika jelas tidak enak dilihat. Harusnya setelah dikupas, langsung dikerjakan. Datangkan bahan, pasang, selesai. Ini dibiarkan begitu saja. Padahal ruas-ruas itu adalah wajah kota,” ujarnya menekankan.
TWAP juga menyoroti bahwa ruas-ruas jalan tempat pengerjaan median tersebut termasuk dalam lokus penilaian Adipura, ajang penghargaan nasional untuk kebersihan dan penataan lingkungan perkotaan.
“Jalan Pahlawan dan S. Parman itu masuk penilaian Adipura kalau pengerjaannya belum selesai saat tim datang, nilainya bisa turun,” terangnya.
Ia mengingatkan, penilaian sementara sudah dilakukan pada bulan lalu. Sementara penilaian lanjutan dijadwalkan berlangsung pada bulan November ini, sehingga waktu penyelesaian proyek semakin mendesak.
“Proyeknya memang dalam SPK-nya berakhir Desember. Tapi kita tidak bisa menunggu sampai akhir tahun. Harus selesai sebelum tim Adipura datang,” katanya.
TWAP pun memberikan deadline khusus agar pengerjaan median di tiga ruas utama itu dapat dirampungkan secepat mungkin.
“Kami minta tidak boleh lewat bulan November harus selesai sebelum penilaian,” tegasnya.
Dari hasil koordinasi dengan PUPR, ia mengungkapkan bahwa penyebab lambannya pengerjaan median bukan karena faktor tenaga kerja, melainkan ketersediaan bahan.
“Kendalanya di bahan tempat pencetakan kanstinnya ada di Palaran, jadi pasokannya tidak kontinu,” jelasnya.
Meski begitu, ia menekankan agar pelaksana proyek dapat menyesuaikan area kerja dengan stok bahan yang tersedia, agar tak semua median dibongkar bersamaan.
“Kita minta jangan dibuka semua. Sesuaikan saja dengan bahan yang ada dan kemampuan tenaga kerja. Jadi berapa bahan yang siap, itu yang dikerjakan dulu. Jangan dibuka seluas-luasnya,” ucapnya.
Ia berharap langkah itu dapat meminimalisir kekacauan di lapangan serta menjaga kondisi jalan tetap aman dan tertata selama proses pekerjaan berlangsung.
Pihak PUPR telah menyatakan kesanggupan untuk mempercepat pengerjaan median tersebut. Ia bahkan menyebut ruas-ruas itu menjadi perhatian khusus karena sering dilewati oleh Wali Kota Samarinda.
“PUPR sudah menyanggupi apalagi itu jalan yang dilewati Pak Wali kalau pulang. Jadi mau tidak mau harus digenjot,” ucapnya.
Ia menjelaskan selain Jalan Pahlawan, S. Parman, dan Kesuma Bangsa, masih ada 12 ruas jalan besar lainnya yang termasuk dalam penilaian Adipura tahun ini. Di antaranya Jalan DR. Sutomo, Yos Sudarso, Gajah Mada, Slamet Riyadi, Basuki Rahmat, RE Martadinata, Bukit Alaya, dan APT Pranoto.
“Semua ruas itu harus bersih, rapi, dan tertata. Jangan sampai karena satu titik median belum selesai, nilai kota kita turun,” ujarnya.
Ia menegaskan, pengerjaan median jalan bukan sekadar proyek kecil yang bisa ditunda, melainkan bagian penting dari wajah dan citra kota. Apalagi, Samarinda kini tengah gencar berbenah untuk mempertahankan predikat kota bersih dalam ajang Adipura.
“Ini bukan cuma soal beton atau keramik, tapi soal wajah kota. Jalan utama adalah etalase Samarinda. Kalau median saja terlihat terbengkalai, bagaimana penilai menilai komitmen kita?” tegasnya.
Ia berharap koordinasi antara TWAP dan PUPR bisa semakin solid agar berbagai proyek fisik di lapangan dapat diselesaikan dengan cepat, tepat, dan berorientasi pada hasil.
“Tugas kami di TWAP bukan menghambat, tapi mempercepat. Kami ingin Samarinda bergerak lebih cepat, lebih tertata, dan siap bersaing dengan kota lain dalam hal tata ruang dan kebersihan,” pungkasnya.
(*)