IMG-LOGO
Home Nasional Momentum Mudik Lebaran 2025, Muhammadiyah Ingatkan Masyarakat Jangan Dijadikan Ajang Pamer
nasional | umum

Momentum Mudik Lebaran 2025, Muhammadiyah Ingatkan Masyarakat Jangan Dijadikan Ajang Pamer

oleh Hasa - 26 Maret 2025 08:53 WITA
IMG
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir

POLITIKAL.ID - Mudik lebaran sudah menjadi tadisi yang sangat kuat di Indonesia. Setiap tahunnya, jutaan orang pulang kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri Bersama Keluarga.

Aktivitas mudik ini bukan sekadar pulang untuk merayakan lebaran, tetapi juga sebagai bentuk silaturahmi dan penguatan hubungan dengan keluarga dan orang-orang terdekat.

Di momentum mudik lebaran 2025, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengingatkan masyarakat agar tidak dijadikan sebagai ajang pamer kekayaan atau kesuksesan di kampung halaman.

"Menjadi parsial atau bahkan tidak penting kalau mudik menjadi pamer kendaraan, kemudian pamer kesuksesan di rantau," ujar Haedar di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Selasa (25/3/2025), dikutip dari CNN

Haedar Nashir mengatakan tradisi pulang kampung seharusnya menjadi sarana mempererat tali silaturahmi, bukan menunjukkan gaya hidup berlebihan.

Semangat Lebaran, kata Haedar, akan kehilangan makna manakala dimanfaatkan sekadar untuk unjuk diri.

"Syawalan, Idul Fitri, mudik itu menjadi kekuatan untuk menumbuhkan semangat kebersamaan. Saya yakin penting," ujar dia.

Haedar menekankan pentingnya menjalani hidup secara sederhana, sebab gaya hidup berlebih justru memicu kesenjangan sosial dan bisa mendorong perilaku menyimpang di tengah masyarakat.

"Sukses itu harus, tetapi kalau menjadi pamer nanti akan tumbuh kesenjangan dengan masyarakat yang pada umumnya hidup sederhana dan biasa. Bisakah kita sekarang untuk hidup secukupnya?" ujarnya.

Haedar menilai gaya hidup berlebihan tak hanya berpeluang terjadi di kalangan individu, tetapi juga bisa merambah ke elite politik, ekonomi, hingga keagamaan.

Pola tersebut, menurutnya, menjadi berpotensi menjadi akar munculnya praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

Karena hidup tidak secukupnya, kemudian muncul semangat untuk berlomba-lomba mencari sebanyak-banyaknya kekayaan dan kekuasaan.

"Kekayaan tak pernah kenyang-kenyang ketika harta dan Rizki Tuhan dilimpahkan kepadanya. Kepuasan juga sama, sudah dikasih masa jabatan seharusnya setiap orang dengan senang hati turun dari tahta itu dengan senyuman," ujarnya.

Menurut Haedar, orang yang hidup hanya mengejar kekuasaan, popularitas, dan kekayaan berlebih justru akan berujung pada kesepian. 

"Jadi jalani hidup dengan secukupnya, dengan sewajarnya,"pungkasnya.

(*)

Berita terkait