IMG-LOGO
Home Umum Hilirisasi Dongkrak Harga Kelapa, Pemerintah Targetkan Rp 6.000 per Butir
umum | Ekonomi

Hilirisasi Dongkrak Harga Kelapa, Pemerintah Targetkan Rp 6.000 per Butir

oleh Redaksi - 08 November 2025 05:56 WITA
IMG
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman

POLITIKAL.ID - Pemerintah terus mendorong hilirisasi di sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan sebagai strategi untuk meningkatkan nilai tambah produk lokal dan memperkuat ekonomi nasional. 

Salah satu komoditas yang mengalami lonjakan signifikan berkat kebijakan ini adalah kelapa. 

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa harga kelapa per butir kini bisa mencapai Rp 6.000, jauh lebih tinggi dibandingkan harga sebelumnya yang hanya Rp 600.

Dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Jumat (7/11/2025), Amran menjelaskan bahwa lonjakan harga tersebut merupakan hasil nyata dari proses hilirisasi yang telah dijalankan pemerintah. 

Ia mencontohkan kondisi di Maluku Utara, di mana harga kelapa mengalami peningkatan drastis.

"Kami baru kunjungan di Maluku Utara, harga kelapa sebelum kita hilirisasi hanya Rp 600 per biji. Sekarang sudah Rp 3.500 per biji, itu naik kurang lebih 500%," ujar Amran. 

Ia menambahkan bahwa dengan optimalisasi hilirisasi, harga kelapa seharusnya bisa mencapai Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per butir, atau naik hingga 1.000% dari harga awal.

Menurut Amran, hilirisasi bukan hanya berdampak pada harga jual di tingkat petani, tetapi juga membuka peluang besar bagi ekspor dan industri pengolahan. 

Saat ini, nilai ekspor kelapa Indonesia telah mencapai Rp 24 triliun, menjadikan Indonesia sebagai eksportir kelapa terbesar di dunia. 

Namun, ia menekankan bahwa potensi hilirisasi masih jauh dari maksimal.

"Nah, ini kita hilirisasi kalau sesuai diagram pohon industri, itu bisa 100 kali lipat. Artinya apa? Bisa Rp 2.400 triliun, tapi itu secara teori. Bisa saja hanya 50 kali lipat, atau 20 kali lipat," jelasnya.

Diagram pohon industri yang dimaksud menggambarkan rantai nilai dari hulu ke hilir, mulai dari bahan mentah hingga produk jadi yang memiliki nilai jual tinggi. 

Dalam konteks kelapa, produk hilir bisa berupa minyak kelapa, sabun, kosmetik, makanan olahan, hingga produk ekspor bernilai tinggi. 

Dengan mengembangkan industri pengolahan di dalam negeri, Indonesia tidak hanya menjual kelapa mentah, tetapi juga produk turunan yang lebih menguntungkan.

Amran juga mengungkapkan bahwa pemerintah bersama Danantara telah memfinalisasi rencana hilirisasi sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan. 

Total investasi yang digelontorkan untuk program ini mencapai Rp 371 triliun, mencakup sektor pangan, hortikultura, dan perkebunan.

"Keuntungan nanti ke depan bisa mempekerjakan orang 1,4 juta di perkebunan, peternakan, dan seluruhnya kurang lebih 3 juta ke depan. Mudah-mudahan 3 tahun, 4 tahun ini selesai," kata Amran optimistis.

Program hilirisasi ini tidak hanya berfokus pada peningkatan nilai ekonomi, tetapi juga pada penciptaan lapangan kerja dan penguatan ekonomi daerah. 

Dengan investasi besar dan dukungan kebijakan, sektor pertanian diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Pemerintah juga mendorong kolaborasi antara petani, koperasi, pelaku industri, dan investor untuk mempercepat proses hilirisasi. 

Salah satu pendekatan yang digunakan adalah pembangunan kawasan industri berbasis pertanian di daerah-daerah penghasil komoditas utama. Kawasan ini akan dilengkapi dengan fasilitas pengolahan, logistik, dan distribusi yang terintegrasi.

Selain kelapa, komoditas lain yang menjadi fokus hilirisasi antara lain jagung, kelapa sawit, kopi, dan produk peternakan seperti daging dan susu. 

Dengan pendekatan ini, Indonesia diharapkan tidak lagi bergantung pada ekspor bahan mentah, tetapi mampu bersaing di pasar global dengan produk olahan berkualitas tinggi.

Amran juga menekankan pentingnya dukungan teknologi dan riset dalam proses hilirisasi. 

Ia menyebutkan bahwa Kementerian Pertanian telah bekerja sama dengan berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi untuk mengembangkan teknologi pengolahan yang efisien dan ramah lingkungan.

"Kita tidak bisa hanya mengandalkan cara lama. Harus ada inovasi, teknologi, dan riset yang mendukung. Dengan begitu, kita bisa menghasilkan produk yang kompetitif dan berdaya saing tinggi," ujarnya.

Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim dan fluktuasi harga komoditas, hilirisasi menjadi strategi penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan petani. 

Pemerintah berharap bahwa dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia bisa menjadi pusat industri pertanian yang kuat dan mandiri.

Dengan harga kelapa yang terus meningkat dan potensi ekspor yang besar, hilirisasi menjadi harapan baru bagi petani dan pelaku usaha di sektor pertanian. 

Transformasi ini bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang masa depan ekonomi Indonesia yang lebih adil dan berkelanjutan.

(*)

Berita terkait