IMG-LOGO
Home Daerah Kampung Salai Bersinar Jadi Wajah Baru Samarinda Ulu dalam Lomba Kota Bersih dan Daur Ulang
daerah | samarinda

Kampung Salai Bersinar Jadi Wajah Baru Samarinda Ulu dalam Lomba Kota Bersih dan Daur Ulang

oleh Hasa - 14 Oktober 2025 09:20 WITA
IMG
Kampung Salai Bersinar mewakili Kecamatan Samarinda Ulu dalam lomba kota bersih (ist)

POLITIKAL.ID  – Upaya menciptakan lingkungan bersih dan mandiri terus tumbuh dari akar masyarakat. Di Kecamatan Samarinda Ulu, Kelurahan Kampung Jawa RT 22 menjadi sorotan. Bukan karena masalah sampah, melainkan karena inovasi warganya dalam mengubah limbah rumah tangga menjadi karya bernilai melalui program Kampung Salai Bersinar.

Camat Samarinda Ulu, Sujono, mengungkapkan bahwa Kampung Salai Bersinar kini mewakili kecamatannya dalam lomba tingkat Kota Samarinda yang diadakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Samarinda.

“Alhamdulillah, kita sudah masuk nominasi dan akan mengikuti lomba tingkat kota. Dalam hal ini, Kecamatan Samarinda Ulu diwakili oleh Kelurahan Kampung Jawa RT 22,” ujarnya.

Menurut Sujono, penilaian lomba ini sejalan dengan program prioritas Wali Kota Samarinda yang menekankan pengurangan timbunan sampah. Pemerintah kota menargetkan 50 persen dari total sampah rumah tangga dapat diolah kembali agar bermanfaat bagi lingkungan.

“Prinsipnya, sebelum sampah dibuang ke TPA, kita harapkan masyarakat bisa memilah dulu mana yang bisa dimanfaatkan dan mana yang tidak. Di RT 22 ini, konsep itu sudah berjalan dengan baik,” jelasnya.

Program pengelolaan sampah di RT 22 tidak muncul tiba-tiba. Warga sebelumnya sudah membentuk bank sampah yang melibatkan tiga RT sekaligus. Tujuannya sederhana: mengumpulkan dan memilah sampah organik dan anorganik sebelum dibuang ke TPS.

“Dari situ, kegiatan berkembang setelah terbentuk bank sampah, statusnya meningkat menjadi Kampung Salai. Ini tahapan yang menunjukkan kemajuan dari sekadar menabung sampah menjadi memproduksi barang bermanfaat,” ucapnya.

Ia pun mengapresiasi semangat itu. Menurutnya, keberhasilan Kampung Jawa RT 22 menjadi contoh nyata bahwa pengelolaan sampah bisa menjadi gerakan sosial yang berdampak luas.

“Warga di sini sudah terbiasa memilah dan mengolah sampah sebelum dibuang. Mereka sadar bahwa menjaga lingkungan itu bagian dari tanggung jawab bersama,” katanya.

Lebih dari sekadar lomba, ia berharap Kampung Salai Bersinar bisa menjadi model kampung mandiri yang menginspirasi wilayah lain di Samarinda. Ia juga menegaskan bahwa Pemkot akan terus mendukung dengan pembinaan dan pendampingan.

“Kalau bank sampah biasanya hanya mengumpulkan dan menjual, Kampung Salai ini sudah naik tingkat. Mereka mendaur ulang menjadi produk yang bisa dijual kembali. Ini langkah maju yang harus diapresiasi,” ujarnya.

Di kampung ini, sampah organik seperti sisa makanan dan daun-daunan diolah menjadi kompos dan eco-enzyme, sedangkan sampah anorganik seperti plastik, kertas, dan kardus disulap menjadi kerajinan tangan—mulai dari pot bunga hingga vas berwarna-warni yang mempercantik halaman warga.

Di balik geliat kreativitas itu, ada sosok perempuan tangguh bernama Siti Munawaroh, Direktur Bank Sampah Kampung Salai Bersinar. Ia menjadi motor penggerak sekaligus inspirator warga.

“Sekitar 90 persen persiapan kita sudah selesai, tinggal pasang saja. Semua hasil daur ulang ini warna-warni dan menarik,” ujarnya.

Menurut Siti, semangat mengolah sampah ini sudah berjalan sejak 2021. Awalnya dari hobi kecil para ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok dasawisma. Dari kegiatan arisan, menanam tanaman obat keluarga (TOGA), hingga membuat kerajinan sederhana dari limbah plastik, semuanya dilakukan dengan gotong royong.

“Waktu itu belum ada Probebaya, tapi kami sudah jalan sendiri. Begitu ada dukungan program pemerintah, kegiatan jadi makin berkembang. Kami ini dasarnya suka membuat hal-hal baru,” jelasnya.

Produk buatan warga pun kini sudah punya nilai ekonomi. Gantungan kunci hasil daur ulang menjadi salah satu produk paling laris.

“Kalau dijual satuan harganya tiga ribu rupiah, tapi kalau untuk acara atau pesanan banyak, biasanya lebih murah,” ucapnya.

Selain itu, warga juga dilatih untuk memilah limbah dari kegiatan sehari-hari. Misalnya, pedagang minuman diminta memisahkan botol plastik dan bungkusnya ke dalam kantong khusus agar bisa dikumpulkan ke bank sampah.

“Dengan begitu, semua ikut terlibat. Bukan cuma ibu-ibu, tapi juga anak muda dan pedagang kecil,” tambahnya.

Kampung Salai Bersinar bukan hanya tentang kebersihan, tapi juga pemberdayaan warga secara sosial dan ekonomi. Setiap tanggal 15, kelompok dasawisma rutin berkumpul untuk kegiatan arisan dan evaluasi program. Dalam setiap pertemuan, selalu ada inovasi baru mulai dari membuat kerajinan tangan hingga menanam tanaman herbal seperti daun mint dan stevia.

“Kami memang tidak mau berhenti di satu ide saja. Setiap bulan harus ada kreasi baru, tergantung usulan dari anggota. Kadang bikin pot, kadang bikin vas, tergantung bahan yang terkumpul,” ucapnya.

Setelah sukses melakukan presentasi di depan dewan juri, Kampung Salai Bersinar kini bersiap menyambut kunjungan lapangan pada 21 Oktober mendatang. Warga pun bergotong royong mempercantik lingkungan, menata hasil kerajinan, dan mempersiapkan spot edukasi tentang pemilahan sampah.

“Semua warga semangat. Kami ingin menunjukkan bahwa hasil kerja keras kami bukan hanya untuk lomba, tapi untuk kebaikan lingkungan jangka panjang,” ungkapnya.

Bagi warga Kampung Jawa RT 22, kemenangan bukanlah tujuan utama. Yang paling penting adalah kesadaran baru tentang bagaimana sampah bisa menjadi sumber rezeki dan kebanggaan kampung.

“Kami ingin dikenal bukan karena kotoran sampah, tapi karena bisa menjadikannya sesuatu yang indah dan bermanfaat,” tutup Siti Munawaroh.

(*)

Berita terkait