POLITIKAL.ID - Wali Kota Samarinda, Andi Harun, memimpin rapat koordinasi bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan Badan Gizi Nasional (BGN) di Balai Kota Samarinda untuk mempercepat pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Dalam rapat ini, disepakati percepatan pembangunan Sentra Penyediaan Pangan Gizi (SPPG) sebagai langkah penting untuk memastikan kelancaran distribusi makanan bergizi kepada warga kota.
Hadir dalam rapat, Kapolresta Samarinda Kombes Pol Hendri Umar, Kajari Samarinda Firmansyah Subhan, perwakilan Kodim 0901 Mayor Cba Agung Basuki, Korwil BGN Samarinda Hariyono, Ketua Satgas MBG Suwarso, serta sejumlah kepala OPD.
Andi Harun menegaskan pentingnya kolaborasi lintas lembaga untuk keberhasilan program ini. Menurutnya, keberhasilan MBG tidak bisa bergantung pada satu institusi saja.
“Tidak mungkin program ini berjalan kalau hanya BGN sendiri atau hanya Polri, TNI, maupun pemerintah daerah berjalan sendiri-sendiri. Yang kita konkretkan hari ini adalah bentuk kolaborasi nyata semua pihak,” tegasnya.
Data sementara menunjukkan, Kota Samarinda membutuhkan 73 SPPG untuk melayani sekitar 135 ribu siswa.
Namun, saat ini baru tersedia 10 SPPG. Artinya, masih dibutuhkan 63 tambahan dapur agar program benar-benar menjangkau seluruh sekolah sasaran.
Andi Harun menambahkan, Pemkot sedang menyiapkan sistem berbasis teknologi informasi untuk memantau jalannya MBG secara transparan melalui sistem ini.
Semua pihak mulai dari pemerintah daerah, Polri, TNI, Kejaksaan hingga BGN dapat memantau distribusi makanan secara real time.
“Mulai dari dapur penyedia pelaksana hingga distribusi akan terpantau bersama. Ini bentuk akuntabilitas kita kepada masyarakat,” ujarnya.
Rapat kali ini disebut sebagai langkah pemetaan awal, meliputi identifikasi kebutuhan, penentuan wilayah prioritas, hingga inventarisasi dapur. Ia menegaskan pekan depan pembahasan akan dilanjutkan lebih teknis.
“Dari 63 dapur yang masih dibutuhkan, kita akan breakdown mana yang paling prioritas khususnya di daerah padat penduduk dengan kebutuhan tinggi. Jadi bertahap, baru kemudian masuk ke wilayah kota. Seperti makan bubur panas, dari pinggir dulu baru ke tengah,” tutupnya.
(*)