IMG-LOGO
Home Umum Pemerintah Tindak Kebocoran Gula Rafinasi ke Pasar Tradisional
umum | Ekonomi

Pemerintah Tindak Kebocoran Gula Rafinasi ke Pasar Tradisional

oleh Hasa - 11 September 2025 06:49 WITA
IMG
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono

POLITIKAL.ID - Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menggelar rapat koordinasi tingkat menteri untuk membahas kebocoran distribusi gula kristal rafinasi (GKR) ke pasar tradisional.

Gula yang semestinya hanya digunakan untuk kebutuhan industri makanan dan minuman, kini diketahui telah banyak beredar di pasar eceran.

Rapat ini digelar di Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta Pusat, Kamis (11/9/2025).

Dalam rapat tersebut hadir juga Menteri Perdagangan Budi Santoso, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, hingga Wakil Menteri Pertanian Sudaryono.

Usai rapat, Sudaryono mengatakan pemerintah telah mengetahui terjadi kebocoran gula rafinasi ke pasar tradisional. Gula rafinasi ini seharusnya untuk kebutuhan industri, bukan konsumsi masyarakat.

"Tadi juga menjadi salah satu concern kita adalah terkait gula industri yang leaking atau bocor ke pasar tradisional. Ditemukan di banyak pasar bagaimana gula rafinasi itu kan dia kebutuhannya untuk kebutuhan industri saja, makanan dan minuman dan seterusnya ya. Itu kan nggak boleh dijual kiloan kepada masyarakat," kata Sudaryono

Melihat hal tersebut, pemerintah berkomitmen untuk menindak tegas oknum yang sengaja menjual gula rafinasi ke pasar. Sayangnya, Sudaryono tidak mengatakan berapa jumlah gula rafinasi yang bocor ke pasar.

"Kita ingin ini ditindak tegas, ditindak tegas baik itu dari sisi pedagangnya maupun perusahaan yang mengimpor itu. Yang jelas, yang jelas di blacklist, ya kalau ada melanggar hukum, harus ada pidana. Ada Satgas Pangan kita libatkan semua," tuturnya.

Adapun salah satu penyebab bocornya gula rafinasi ke pasar tradisional karena harganya lebih murah dibandingkan gula konsumsi dari petani tebu. Kebocoran ini pun yang menyebabkan sebanyak 100 ribu ton gula petani numpuk atau tidak terserap oleh pasar.

"Efeknya adalah gula konsumsi yang diproduksi dari petani yang digiling di pabrik gula, itu serapannya rendah, 100 ribu ton macet, sehingga kan itu merugikan ya, merugikan petani. Ini kenapa? Karena gula rafinasi itu harganya jauh lebih murah daripada gula konsumsi," tuturnya.

(*)

Berita terkait