POLITIKAL.ID - Zohran Mamdani memenangkan pemilihan wali kota New York City dalam pemilu yang digelar pada Selasa (4/11) waktu setempat.
Mamdani akan menjadi wali kota Muslim pertama di kota terbesar di Amerika Serikat itu, setelah mengalahkan mantan Gubernur dari Partai Demokrat, Andrew Cuomo.
Dalam jajak pendapat terbaru, Mamdani memperoleh sekitar 44 persen suara, beberapa poin di depan Andrew Cuomo. Sementara cawalkot dari Partai Republik, Curtis Sliwa, memperoleh 24 persen suara.
Namun di balik kemenangan bersejarahnya, Mamdani juga menghadapi gelombang kritik dan serangan Islamofobia karena sikap vokalnya terhadap Israel dan dukungannya pada rakyat Palestina.
Kemenangan Mamdani bukan sekadar pergantian kepemimpinan.
Ia berhasil menyingkirkan Cuomo dua kali dalam lima bulan pertama di pemilihan pendahuluan Demokrat, lalu di pemilihan umum saat Cuomo maju sebagai kandidat independen.
Wali Kota Muslim Pertama di New York City
Kemenangan ini juga menjadikannya wali kota Muslim pertama di New York City.
Mamdani juga merupakan wali kota Asia Selatan pertama dan wali kota termuda dalam lebih dari satu abad.
Ketika Mamdani meluncurkan kampanyenya untuk wali kota musim gugur yang lalu, ia adalah seorang anggota parlemen negara bagian yang relatif tidak dikenal.
Namun, pesannya yang berpusat pada keterjangkauan, beserta perjalanannya yang penuh semangat di seluruh Kota New York, dengan cepat mendapatkan perhatian dan beresonansi dengan ribuan warga New York.
Platformnya menyerukan pembekuan sewa unit dengan sewa stabil, pembangunan perumahan yang lebih terjangkau, kenaikan upah minimum menjadi $30 per jam, penggratisan bus, peningkatan pajak bagi warga terkaya di kota, dan masih banyak lagi.
Didorong oleh donasi kecil, puluhan ribu relawan, kehadiran media sosial yang cerdas, dan pesan perubahan, kampanye akar rumput Mamdani membangun momentum sepanjang musim semi.
Energi tersebut memuncak dalam kemenangan telak dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat bulan Juni, di mana ia mengalahkan Cuomo dengan selisih hampir 13 poin, mengejutkan kalangan politik kota dengan menggalang koalisi yang beragam yang mencakup banyak pemilih muda dan pemilih pemula.
Selama debat wali kota bulan Oktober, Mamdani, Cuomo, dan Sliwa saling serang dan beradu pendapat mengenai berbagai isu lokal, nasional, dan global, termasuk kejahatan, kepolisian, Israel, keterjangkauan, perumahan dan transportasi, serta siapa yang paling tepat untuk mengelola hubungan dengan pemerintahan Trump.
Kampanye Mamdani telah menarik dukungan dari kaum progresif di tingkat nasional, termasuk dukungan dari Senator Bernie Sanders dan Anggota DPR New York, Alexandria Ocasio-Cortez, yang keduanya pernah tampil bersamanya dalam berbagai rapat umum di seluruh kota.
Namun, tidak semua politisi Demokrat New York mendukungnya. Kedua senator New York, Chuck Schumer dan Kirsten Gillibrand, khususnya tidak memberikan dukungan dalam pemilihan ini.
Dilabeli Trump sebagai Pembenci Yahudi
Presiden AS Donald Trump melabeli Mamdani sebagai seorang "pembenci Yahudi".
"Setiap orang Yahudi yang memilih Zohran Mamdani, seorang yang terbukti dan mengaku MEMBENCI YAHUDI, adalah orang bodoh," tulis Trump di media sosial beberapa waktu lalu.
Profesor ilmu politik di Universutas Syracuse Grant Reeher mengatakan kemenangan Mamdani akan memicu perselisihan dengan Trump.
"Trump akan memperlakukan New York City dengan lebih agresif. Akan ada semacam pertarungan politik," ujarnya.
Awal pekan ini, Trump menyebut bakal memotong dana pemerintah federal New York City jika Mamdani terpilih.
"Jika kandidat komunis Zohran Mamdani memenangkan pemilihan wali kota New York City, sangat kecil kemungkinan saya akan menyalurkan dana federal selain dalam jumlah paling minimal sebagaimana diwajibkan untuk kota pertama yang saya cintai," kata Trump dalam unggahannya di Truth Social seperti dikutip The Guardian.
"Sebagai presiden, saya tidak ingin mengirimkan uang baik untuk menutupi hal yang buruk. Saya sangat yakin bahwa New York City akan menjadi bencana ekonomi dan sosial total apabila Mamdani menang," paparnya menambahkan.
Siapa sesungguhnya Zohran Mamdani?
Kandidat terdepan wali kota New York ini lahir di Uganda dari keluarga keturunan India. Ibunya, Mira Nair, adalah sutradara film asal India-Amerika yang diakui secara internasional, sementara ayahnya, Mahmood Mamdani, adalah seorang akademisi Uganda kelahiran India.
Keluarga mereka sempat pindah ke Afrika Selatan ketika Zohran berusia lima tahun, sebelum akhirnya menetap di New York dua tahun kemudian. Ia menggambarkan masa kecilnya sebagai pengalaman "istimewa”, namun mengakui bahwa kehidupannya berbeda dari kebanyakan bocah New York pada umumnya.
Karier politik Mamdani melesat kilat. Terpilih menjadi anggota Majelis Negara Bagian New York pada 2020, ia semula dianggap sebagai calon tanpa peluang ketika mengumumkan pencalonannya sebagai wali kota pada Oktober 2024. Namun, kemenangan telaknya atas Cuomo — dengan perolehan 56,4% suara — membuktikan sebaliknya.
Di luar dunia politik, Mamdani adalah penggemar hip-hop, bahkan pernah menulis dan memproduksi musik dalam genre tersebut. Ia juga seorang muslim serta penggemar berbagai tim olahraga, seperti New York Mets (baseball), New York Giants (football Amerika), dan klub sepak bola Inggris Arsenal.
(*)