POLITIKAL.ID – Delapan tahun setelah diresmikan pada 22 Juli 2016, flyover pertama di Kota Samarinda yakni Jembatan Layang Air Hitam kini kembali menjadi sorotan publik. Bagian dinding penopang (oprit) di sisi jembatan yang menghubungkan Jalan Ir H Juanda–Abdul Wahab Syahranie itu mengalami retakan cukup lebar, menimbulkan kekhawatiran warga yang setiap hari melintasinya.
Pernah menjadi kebanggaan, kini menjadi kegelisahan. Begitulah nasib Jembatan Layang Air Hitam, flyover pertama di Kota Samarinda yang dulu dielu-elukan sebagai simbol kemajuan kota tepian. Setelah hampir satu dekade berdiri, wajah megahnya kini mulai memudar digantikan oleh retakan panjang yang menganga di dinding bawahnya.
Kondisi ini membuat masyarakat cemas akan keamanan jembatan yang menjadi salah satu jalur vital penghubung antara kawasan tengah dan utara kota tersebut.
Salah satunya disampaikan Santy, warga Kelurahan Sempaja Timur, yang setiap pagi melewati jalur itu untuk berangkat bekerja.
“Takut sih pasti. Kalau pun diperbaiki, harapannya pemerintah memastikan betul itu kokoh, demi keselamatan pengendara,” ujarnya.
Haikal, warga lain yang rutin melintas menuju rumah keluarganya di kawasan Sempaja Timur.
“Sebenarnya ya takut juga, cuma banyak-banyak berdoa saja pas lewat. Semoga cepat diperbaiki,” tuturnya.
Anggota Komisi III DPRD Samarinda, Abdul Rohim mendesak pemerintah kota (pemkot) menindaklanjuti kejadian retak panjang di flyover sesegera mungkin.
"Ini menyangkut keselamatan masyarakat, karena ini sangat berisiko. Jadi kita minta segera OPD terkait untuk segera melakukan investigasi," sebut Rohim.
Rohim menyebut pemerintah perlu mengambil langkah cepat untuk meredam keresahan masyarakat. Apalagi keberadaan flyover dinilai vital katena dilalui masyarakat setiap hari.
Karena itu dirinya meminta agar dilakukan investigasi mendalam penyebab kerusakan pada flyover. Dengan begitu bisa menelisik apakah kerusakan tergolong ringan atau berat.
"Pastikan dulu apakah kerusakan ringan atau kondisinya sudah sangat parah. Kalau kita tidak mengidentifikasi dengan detail, khawatirnya akan menjadi masalah yang berkepanjangan," tegasnya.
Mendapati keresahan masyarakat, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Samarinda langsung menurunkan tim teknis Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemeliharaan Jalan dan Jembatan untuk melakukan pengecekan dan perbaikan awal.
Kepala UPT Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Dinas PUPR Samarinda, Hendra Gunawan, menjelaskan bahwa pihaknya telah memulai proses pembongkaran sebagian pada bagian yang retak guna mengetahui kondisi di bawah oprit.
“Kita perbaiki secara bertahap. Sekalian kita lihat apakah perlu penanganan lebih kompleks pada opritnya. Setelah pembongkaran baru bisa ditentukan langkah berikutnya,” terangnya.
Menurutnya, pembongkaran tersebut diperkirakan memakan waktu sekitar tiga hari. Setelah itu, tim akan melakukan asesmen lanjutan untuk memastikan kondisi struktur tetap aman.
“Kalau untuk struktur opritnya masih aman, nanti kita buat ulang dinding penutupnya saja yang retak sekarang,” tuturnya.
Dari temuan awal di lapangan, kerusakan diperkirakan terjadi akibat proses konsolidasi tanah urugan di bawah oprit yang menyebabkan penurunan permukaan tanah. Hal inilah yang memicu retakan pada dinding penutup di sisi kiri dari arah Jalan AW Syahranie menuju Jalan Juanda.
“Kemungkinan awal ada proses konsolidasi tanah urugan di oprit, jadi terjadi penurunan. Tapi sambil kami cek lagi setelah dibongkar nanti,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa retakan tidak terjadi pada struktur utama jembatan, melainkan hanya pada dinding penutup oprit yang fungsinya bukan untuk menopang beban. Dengan kata lain, flyover masih aman digunakan oleh pengendara.
“Struktur oprit masih aman. Karena dinding itu hanya penutup, bukan penopang beban utama,” ujarnya.
Pemeriksaan lanjutan akan dilakukan setelah pembongkaran selesai. DPUPR ingin memastikan tidak ada potensi masalah tambahan seperti pergeseran tanah yang bisa memicu kerusakan baru di kemudian hari.
“Kita bongkar hanya segmen yang paling parah untuk meninjau kondisi bawah oprit sekaligus memastikan apakah ada faktor lain selain konsolidasi tanah,” ungkapnya.
Meski pembongkaran tengah berlangsung, flyover Air Hitam tetap dibuka untuk lalu lintas. Proses pengerjaan dilakukan per segmen, sehingga tidak menutup seluruh jalur.
“Pembongkaran dilakukan bergiliran, jadi tidak menutup seluruh akses jalan. Flyover tetap aman dilintasi,” pungkasnya.
Kehadiran flyover Air Hitam sejak 2016 sejatinya menjadi simbol kemajuan infrastruktur Kota Samarinda, sekaligus solusi untuk mengurai kemacetan di kawasan padat Jalan AW Syahranie. Namun, usia konstruksi yang telah mencapai hampir satu dekade kini mulai menuntut perawatan intensif dan pemantauan berkala.
(*)