IMG-LOGO
Home Internasional UEA Beda Langkah di PBB: Tak Ikut Walkout Massal, Justru Temui Netanyahu
internasional | umum

UEA Beda Langkah di PBB: Tak Ikut Walkout Massal, Justru Temui Netanyahu

oleh VNS - 28 September 2025 05:23 WITA
IMG
Uni Emirat Arab menolak walkout massal dari ruang Sidang Majelis Umum PBB saat PM Israel Benjamin Netanyahu berpidato. Foto:Ist

POLITIKAL.ID - Ketika kemarahan dunia Arab terhadap serangan Israel di Gaza menggema keras di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Emirat Arab (UEA) mengambil sikap berbeda. Delegasi UEA memilih tidak ikut aksi walkout massal saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pidatonya di hadapan para pemimpin dunia.


Bahkan lebih jauh, Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Urusan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional UEA, Sheikh Abdullah bin Zayed, melakukan pertemuan tertutup dengan Netanyahu di sela-sela Sidang Umum. Langkah ini menuai sorotan luas mengingat UEA selama ini dikenal sebagai negara yang mengklaim memperjuangkan solidaritas Arab.

Pemerintah UEA mengeluarkan pernyataan resmi untuk menjawab sorotan tersebut.

“Tujuan pertemuan tersebut adalah untuk menekankan kebutuhan mendesak untuk mengakhiri perang di Gaza dan melindungi nyawa warga sipil,” bunyi pernyataan pemerintah UEA.

Kedua pemimpin dilaporkan membahas de-eskalasi regional dan akses kemanusiaan ke Gaza. Kementerian Luar Negeri UEA juga menegaskan kembali dukungan negara itu terhadap semua upaya perdamaian berdasarkan solusi dua negara.

“Menteri Luar Negeri Sheikh Abdullah bin Zayed menekankan kebutuhan mendesak untuk mengakhiri perang di Gaza, mencapai gencatan senjata permanen, mencegah jatuhnya korban jiwa lebih lanjut, dan mengakhiri kondisi tragis yang dihadapi warga sipil,” tulis pernyataan resmi Kemenlu UEA.

Dalam sidang yang sama, delegasi dari beberapa negara Arab seperti Yordania, Qatar, dan Aljazair memilih meninggalkan ruang sidang sebagai bentuk protes terhadap pidato Netanyahu. Namun para diplomat UEA tetap bertahan di ruangan dan tidak bergabung dalam demonstrasi terkoordinasi tersebut.

Keputusan UEA ini memicu perdebatan di seluruh dunia Arab. Banyak pihak melihat langkah tersebut sebagai kelanjutan komitmen Abu Dhabi pada jalur dialog melalui Perjanjian Abraham dengan Israel, sementara sebagian lainnya mengkritik UEA karena dinilai tidak sejalan dengan sentimen kolektif Arab di tengah meningkatnya korban sipil di Gaza.

Langkah UEA mencerminkan upaya menjaga keseimbangan diplomatik yang rumit: menjalin hubungan dengan Israel sambil tetap menegaskan dukungan pada solusi dua negara dan diplomasi kemanusiaan.

Diplomat veteran Emirat dan penasihat presiden, Anwar Gargash, membela pendekatan negaranya terhadap Israel.

“Sebagaimana posisi UEA yang tegas dalam menutup berkas aneksasi Israel atas tanah Palestina, pertemuan malam ini antara Sheikh Abdullah bin Zayed dan Perdana Menteri Israel di New York merupakan langkah berani untuk mendukung upaya internasional guna mengakhiri perang Gaza dan mencapai gencatan senjata permanen yang mengakhiri tragedi kemanusiaan dan memperkuat jalan menuju perdamaian,” kata Gargash seperti dikutip NDTV, Minggu (28/9/2025).

Dengan strategi ini, UEA tampaknya memilih jalur keterlibatan daripada isolasi, berharap bahwa berbicara dengan semua pihak, bahkan di saat krisis, lebih efektif daripada walkout simbolik. Langkah ini memperlihatkan kalkulasi politik dan prioritas aliansi strategis di atas persatuan regional, namun tetap berupaya mempertahankan citra sebagai mediator perdamaian.

Seiring berlanjutnya perang di Gaza, sikap UEA akan menjadi tolok ukur penting bagi dinamika hubungan Arab-Israel dan masa depan normalisasi kawasan Timur Tengah.

(Redaksi)