IMG-LOGO
Home Analisa Ahli Gizi Tan Shot Yen: MBG Harusnya Prioritaskan Anak 3T, Bukan Dapur Mewah
analisa | umum

Ahli Gizi Tan Shot Yen: MBG Harusnya Prioritaskan Anak 3T, Bukan Dapur Mewah

oleh VNS - 24 September 2025 13:12 WITA
IMG
Ahli Gizi Masyarakat, Tan Shot Yen. Foto: Tangkapan Layar Youtube

POLITIKAL.ID - Ahli Gizi Masyarakat, Tan Shot Yen, menilai pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) belum sepenuhnya tepat sasaran. Menurutnya, seharusnya program tersebut lebih diprioritaskan untuk anak-anak di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), alih-alih membangun dapur Satuan Pendidikan Pangan Gizi (SPPG) mewah dengan anggaran miliaran rupiah.

“Target sebenarnya itu anak-anak di 3T, yang sekolahnya harus menyeberang sungai, guru pakai eretan, atau sekolah kebanjiran. Tapi malah dibangun dapur SPPG dengan kulkas stainless. Padahal bisa dimodifikasi dengan kantin sekolah,” ujar Tan melalui kanal YouTube DPR RI, Selasa (23/9).

Tan Shot Yen menekankan bahwa MBG tidak bisa hanya dilihat dari sisi penyediaan sarana, tetapi harus menyentuh langsung kebutuhan anak-anak yang rentan gizi buruk. Ia juga mengingatkan perlunya pengawasan lintas sektor, dengan melibatkan Dinas Kesehatan dan Puskesmas, bukan hanya Badan POM.

“Karena kesehatan lingkungan Puskesmas memang jadi wilayah layanan supervisi, monitoring, dan evaluasi,” tambahnya.

Selain itu, Tan Shot Yen menyoroti pentingnya transparansi keuangan dalam pembangunan dapur dan penyediaan bahan pangan. Ia menegaskan janji edukasi gizi juga harus dijalankan agar anak-anak tidak lagi membuang sayur serta belajar mengenal keragaman bahan pangan lokal.

Tan juga mendorong keterlibatan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas. Selama ini, kata dia, TPG seringkali hanya dianggap sebagai “pot kembang” tanpa peran signifikan, sementara guru-guru terbebani dengan urusan distribusi makanan hingga membayar tray yang hilang.

Lebih jauh, ia meminta agar menu lokal mendapat porsi minimal 80% dari isi MBG. Anak-anak Papua, misalnya, bisa mendapat ikan kuah asam, sementara anak-anak Sulawesi bisa makan kapurung.

“Kalau anak request cilok, bisa dimodifikasi jadi bakso ikan. Itu cerdas. Tapi kalau tetap dipaksakan burger dengan isi olahan pink mirip karton, itu bukan tujuan MBG,” tegasnya.

(Redaksi)