POLITIKAL.ID - Mengutip trauma lama warga atas runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara pada 2011, Ketua DPRD Kaltim Hasanuddin Mas’ud mendesak penutupan total akses kolong Jembatan Mahakam I di Samarinda.
Baginya, kejadian tabrakan kapal bukan lagi sekadar insiden teknis, melainkan sinyal bahaya yang mengancam nyawa ribuan warga setiap harinya.
Insiden tabrakan ponton bermuatan batu bara ke pilar Jembatan Mahakam I kembali membuka luka lama warga Kalimantan Timur.
Ketua DPRD Kaltim Hasanuddin Mas’ud tak ingin tragedi serupa yang terjadi di Jembatan Kutai Kartanegara pada 2011 terulang. Ia menegaskan, langkah preventif seperti penutupan penuh akses kolong jembatan harus segera dilakukan, bukan sekadar penutupan sementara saat investigasi.
"Kalau menutup di atas cuma saat investigasi, itu tidak menyelesaikan masalah. Yang harus ditutup adalah bagian bawah. Kecelakaan terus terjadi di sana,” tegas Hasanuddin dalam RDP di DPRD Kaltim, Senin (28/4/2025).
Hasanuddin juga menyoroti waktu kejadian terakhir yang terjadi pada pukul 23.00 Wita di luar jam resmi pandu kapal. Hal ini menimbulkan dugaan adanya aktivitas ilegal atau kelalaian pengawasan dari otoritas pelabuhan.
“Kalau lewat tengah malam, artinya di luar pengawasan resmi. Tidak mungkin kapal berani lewat kalau tidak ada yang bermain. Ini harus diusut tuntas,” tegasnya.
Ketua DPRD itu juga mempertanyakan belum terealisasinya pembangunan pelindung jembatan (fender) senilai Rp 35 miliar. Ia menyebut proyek ini semestinya jadi prioritas karena menyangkut keselamatan ribuan warga yang melintas setiap hari.
"Fender ini bukan sekadar proyek infrastruktur. Ini perisai utama jembatan. Jangan egois hanya karena ingin lalu lintas tongkang tetap lancar," ujar Hasanuddin.
Hasanuddin mengakhiri pernyataannya dengan peringatan keras: keselamatan warga adalah tanggung jawab bersama, dan tindakan pencegahan harus dilakukan sebelum terlambat.
"Ini bukan soal anggaran. Ini soal nyawa. Jangan sampai kita dikenang sebagai generasi yang gagal melindungi warganya hanya karena lambat bertindak,” tutupnya.
Menurut BBPJN Kaltim, kerusakan yang terjadi pada pier keempat (P4) meliputi beton rompal dan struktur yang terkelupas. Meski akan diklaim kepada pihak pemilik tongkang, Hasanuddin menilai langkah itu tak cukup menjamin keselamatan.
“Kalau hari ini yang rusak fender, besok bisa tiang utama. Kalau runtuh, masyarakat yang jadi korban. Apa kita mau tunggu sampai jembatan itu ambruk?” katanya.
Sementara itu, BBPJN Kaltim mengumumkan bahwa akses di atas jembatan akan ditutup pada Rabu (30/4/2025) dari pukul 07.00 hingga 17.00 Wita untuk keperluan uji geometrik dan dinamik.
(Adv)