IMG-LOGO
Home Arah Politik Tinggalkan Bayangan Jokowi, Projo Siap Ganti Logo dan Arah Perjuangan
arah politik | umum

Tinggalkan Bayangan Jokowi, Projo Siap Ganti Logo dan Arah Perjuangan

oleh VNS - 02 November 2025 07:31 WITA
IMG
Mantan presiden Joko Widodo menyapa relawan Projo dalam tayangan video pada pembukaan Kongres III Projo di Jakarta, 1 November 2025. foto: Tempo

POLITIKAL.ID - Kongres III Projo yang digelar di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Selatan, Sabtu (1/11/2025), menandai babak baru perjalanan organisasi relawan yang selama ini identik dengan sosok Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi).

Dalam forum yang dihadiri ratusan kader dari seluruh Indonesia itu, Projo memutuskan untuk tidak bertransformasi menjadi partai politik, sekaligus menyatakan siap melakukan rebranding organisasi, termasuk mengganti logo yang selama ini menampilkan siluet wajah Jokowi.

Keputusan tersebut bukan sekadar perubahan visual, tetapi juga refleksi ideologis dari sebuah gerakan yang kini ingin berdiri di atas pijakan yang lebih luas.

“Logo Projo akan kita ubah supaya tidak terkesan kultus individu. Kita ingin menunjukkan bahwa Projo adalah gerakan rakyat, bukan milik satu orang,” tegas Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, di hadapan peserta kongres.

Dari Relawan ke Gerakan Rakyat

Selama lebih dari satu dekade, nama Projo lekat dengan perjuangan politik Jokowi. Organisasi ini lahir pada masa Pemilihan Presiden 2014 sebagai barisan relawan utama yang menggerakkan dukungan di akar rumput. Namun, sejak Jokowi mengakhiri masa jabatannya pada Oktober 2024, arah dan fungsi Projo menjadi bahan perdebatan di internal.

Sebelumnya, sejumlah pengurus bahkan sempat mewacanakan perubahan bentuk menjadi partai politik, dengan harapan Jokowi akan menjadi figur sentral di partai tersebut.

Namun, hasil Kongres III justru menunjukkan arah yang berbeda. Projo memilih tetap menjadi ormas dan menguatkan peran sosial-politiknya tanpa harus menjadi partai baru.

“Projo tidak akan menjadi partai. Tapi akan bergabung dengan kekuatan yang sejalan dalam mendukung pemerintahan saat ini,” ujar Budi Arie.

Ia bahkan secara pribadi menyatakan siap bergabung ke Partai Gerindra, partai yang kini dipimpin Presiden Prabowo Subianto.

“Ya secepatnya (gabung Gerindra),” tegas Budi Arie singkat.

Makna “Projo” yang Kembali ke Akar

Selain soal arah politik, kongres juga menyoroti pentingnya kembali pada makna dasar organisasi. Budi Arie menjelaskan, istilah Projo berasal dari bahasa Sanskerta dan Jawa Kawi yang berarti “negeri” atau “rakyat”.

“Jadi Projo bukan singkatan, tapi kata yang punya makna dalam. Artinya rakyat, artinya negeri. Jadi kita ingin menegaskan, bahwa perjuangan ini milik rakyat, bukan milik individu tertentu,” jelasnya.

Perubahan logo Projo yang tak lagi menampilkan wajah Jokowi dianggap sebagai simbol pergeseran identitas. Jika dulu gerakan ini merupakan representasi dukungan personal terhadap Jokowi, kini ia ingin menjadi wadah perjuangan rakyat secara nasional.

Jokowi Absen, Tapi Tetap Hadir Lewat Pesan

Dalam kongres yang berlangsung hingga Minggu (2/11/2025) itu, Jokowi tidak hadir secara langsung. Ajudannya, Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah, menyampaikan bahwa Jokowi diminta beristirahat oleh tim dokter.

"Karena pertimbangan tim dokter yang menganjurkan Bapak (Jokowi) untuk beristirahat dan tidak beraktivitas di luar ruangan, beliau belum dapat menghadiri Kongres III Projo," kata Syarif kepada wartawan, Sabtu (1/11).

Namun, Syarif mengatakan Jokowi mengirimkan video singkat berisi pesan kepada keluarga besar Projo. Dia mengatakan video itu sebagai ganti ketidakhadiran Jokowi.

"Sebagai gantinya, Bapak telah mengirimkan video singkat berisi pesan dan semangat bagi seluruh keluarga besar Projo dan peserta Kongres," ujarnya.

Video pesan Jokowi itu pun kemudian ditayangkan saat pembukaan Kongres III Projo. Dalam tayangan video, Jokowi menyampaikan apresiasinya atas semangat dan dedikasi para relawan yang tetap setia mendukung arah pembangunan bangsa.

"Saya menyampaikan salam hangat untuk seluruh keluarga besar relawan Projo. Terima kasih atas semangat dan dedikasi yang terus dijaga dalam mendukung arah pembangunan bangsa," kata Jokowi dalam tayangan video.


Jokowi juga mengajak para relawan terus bekerja bersama membangun Indonesia yang lebih maju dan berdaulat.

"Mari kita terus bekerja bersama untuk Indonesia yang maju dan berdaulat. Terus jaga semangat, jaga persaudaraan, dan terus berbuat untuk rakyat," ujarnya dalam pesan itu yang disambut tepuk tangan panjang peserta kongres. Bagi banyak kader, kata-kata itu menjadi bentuk restu moral bagi arah baru Projo.

Babak Baru Pasca-Jokowi

Keputusan Projo untuk menanggalkan simbol Jokowi dan menegaskan dirinya sebagai gerakan rakyat menjadi langkah penting dalam peta politik pasca-Jokowi.

Transformasi ini bukan tanda perpisahan, melainkan bentuk kedewasaan politik: bahwa loyalitas terhadap Jokowi kini diterjemahkan dalam kerja nyata untuk rakyat, bukan sekadar simbol dan wajah di logo.

Dengan begitu, Projo kini tidak lagi sekadar relawan Jokowi, tetapi menjelma menjadi gerakan rakyat yang berupaya berdiri di atas ide, bukan idola.

Kronologi Projo Mau Jadi Parpol Hingga Ti

Bendahara Umum relawan Projo, Panel Barus mengatakan, organisasinya bakal bertransformasi menjadi partai politik jika ada keinginan dari rakyat.

Hal itu ia sampaikan merespons sikap Presiden ketujuh RI Joko Widodo yang mempersilakan jika Projo ingin menjadi partai politik.

“Projo sikapnya nanti bagaimana rakyat saja inginnya seperti apa. Jadi kita akan ikut apa yang menjadi keinginan rakyat, kalau rakyat menginginkan Projo jadi partai, ya kita harus siap,” ujar Panel saat  dialansir dari Kompas.com pada Minggu (28/10/2024).

Panel mengeklaim, keputusan para pengurus Projo soal masa depan organisasi tersebut bakal ditentukan oleh keinginan-keinginan rakyat.

"Jadi kalau rakyat ingin Projo berubah bentuk dari ormas menjadi partai, ya itu terserah rakyat saja karena kita ikut apa kata rakyat,” jelasnya.

Panel menyebutkan, wacana mengubah Projo menjadi partai politik bisa saja dibahas dalam kongres ketiga. Namun, , Projo harus memikirkan strategi ke depan untuk menghadapi berbagai tantangan dan situasi.

“Karena, satu, tantangan, situasi, dan kondisi yang dihadapi oleh bangsa hari ini berubah. Sehingga Projo sebagai salah satu alat perjuangan harus menyesuaikan dengan alat perjuangan juga harus menyesuaikan atas perubahan-perubahan itu, harus adaptif,” tutur Panel.

Panel pun tidak menutup kemungkinan bahwa Jokowi bisa saja menjadi ketua umum apabila Projo bertransformasi menjadi partai politik.

“Ya kalau Projo kan berulang kali sempat menyampaikan tentang imajinasi Projo. Imajinasi Projo kan ke depan kalau sudah tidak menjadi Presiden, Pak Jokowi sebaiknya memimpin partai politik. Itu imajinasi yang sudah jauh-jauh hari disampaikan,” tutup Panel.

Projo Tak Jadi Parpol

Ketua Umum (Ketum) relawan Projo, Budi Arie Setiadi menyatakan Projo tidak akan berubah menjadi partai. Sebaliknya, relawan yang tergabung dalam Projo justru akan bergabung dengan partai lain.

"Projo tidak akan menjadi partai. (Tapi akan) bergabung," kata Budi Arie di sela-sela Kongres III Projo yang digelar di Grand Sahid Jaya, Sudirman, Jakarta Pusat, Sabtu (1/11/2025).

Ia sendiri mengaku ingin bergabung dengan Partai Gerindra yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto secepatnya.

Intinya, ia berkomitmen memperkuat dan mendukung agenda-agenda politik Presiden Prabowo.

"Ya secepatnya (gabung Gerindra)," kata dia singkat.

Sementara kader lainnya akan melihat dinamika dalam Kongres yang akan berlangsung sampai Minggu (2/11/2025). Ia pun tidak memaksa kader untuk bergabung ke partai tertentu.

"Ya nanti kita lihat dinamika, belum diputuskan. Saya sekarang sudah mengusulkan ke forum," ucap Budi Arie.

(Redaksi)