POLITIKAL.ID - Baru beberapa hari menjabat, Kepala Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I Samarinda Rahmat Tri Raharjo langsung memecah kebiasaan lama. Ia memilih tidak hanya duduk di ruang kerja, melainkan turun langsung ke lapangan dan berdialog dengan ribuan warga binaan.
Langkah tersebut menjadi sinyal kuat arah kepemimpinannya terbuka, partisipatif, dan berorientasi pada kemanusiaan. Tanpa podium tinggi atau jarak, Rahmat berdiri sejajar dengan warga binaan, memperkenalkan diri sekaligus mendengarkan suara mereka satu per satu.
“Bapak dan ibu semua adalah keluarga besar Rutan Samarinda. Mari kita jaga rumah kita ini bersama, demi keamanan, ketertiban, dan masa depan yang lebih baik,” ucap Rahmat di kutip dari Instagram @rutankelas1samarinda
Suasana yang awalnya formal berubah menjadi hangat. Beberapa warga binaan tampak tersenyum dan menyambut ajakan Rahmat dengan tepuk tangan. Bagi mereka, ini pertama kalinya seorang kepala rutan memulai masa jabatannya dengan cara turun langsung dan menyapa tanpa sekat.
Rahmat menegaskan, pendekatan seperti ini bukan seremonial. Ia ingin memastikan bahwa setiap kebijakan dan program pembinaan di Rutan Samarinda benar-benar menyentuh kebutuhan warga binaan. “Saya ingin semua merasa dihargai, karena pembinaan hanya bisa berjalan baik jika dilakukan dengan hati,” ujarnya. Selain menegaskan pentingnya keamanan dan ketertiban, Rahmat juga mengajak seluruh penghuni Rutan untuk menjaga kebersamaan. Ia menilai, suasana rukun dan tertib di dalam rutan akan menjadi kunci bagi keberhasilan proses pembinaan. Langkah cepat Rahmat mendapat sambutan positif dari warga binaan dan petugas. Mereka menilai gaya kepemimpinan baru ini menghadirkan harapan baru di lingkungan Rutan Samarinda yang kini mulai mengedepankan komunikasi dua arah. “Biasanya kepala baru datangnya lewat rapat, tapi kali ini beliau langsung menyapa kami di lapangan. Rasanya beda,” ujar salah satu warga binaan yang hadir dalam kegiatan itu. Dengan gaya kepemimpinan yang humanis, Rahmat Tri Raharjo berkomitmen menjadikan Rutan Samarinda bukan sekadar tempat menjalani hukuman, tetapi juga ruang pembinaan yang memberi kesempatan kedua bagi warganya untuk berubah dan menatap masa depan. (Redaksi)